Kamis, 23 Desember 2010
Rabu, 22 Desember 2010
Delapan Kebohogan Ibu
Untuk kita renungkan,begitu besar cinta dan kasih sayang seorang ibu kepada kita.Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas da...ri penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.
PERTAMA
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata: “Makanlah nak, aku tidak lapar”
KEDUA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera.
Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sendokku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan”
KETIGA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :”Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata :”Cepatlah tidur nak, aku tidak capek”
KEEMPAT
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :”Minumlah nak, aku tidak haus!”
KELIMA
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : “Saya tidak butuh cinta”
KEENAM
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : “Saya punya uang”
KETUJUH
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku “Aku tidak terbiasa”
KEDELAPAN
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta.
Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya.
Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : “jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan”
***
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk selama lamanya.
Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh
dan ingin sekali mengucapkan : ” Terima kasih ibu …!”
Coba kita fikir, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita?
Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita.
Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari orang tua kita?
Cemas apakah orang tua kita sudah makan atau belum?
Cemas apakah orang tua kita sudah bahagia atau belum?
Apakah ini benar? Kalau ya, mari kita renungkan kembali ….
Disaat kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orang tua kita, lakukanlah yang terbaik.
Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari......
The Holiest Thing Ever!
Bukan, lebih spesifik lagi. Yap hari ini adalah hari yang spesial buat seseorang yang sangat spesial di hidup kita, yang udah ngelahirin kita, yang udah netein kita pas bayi, yang udah ngobatin luka kita pas kecebur ke got. Yak hari ini adalah hari ibu.
Ibu kita itu adalah orang yang pertama kali kita kenal pas keluar dari perut. Ya iyalah, mana ada orang baru lahir langsung kenal sama Justin Bieber. Terus kan pasti setiap bayi yang baru lahir pasti nangis sekenceng kencengnya. Seperti tangisan "mah, minta burger mah. Kalo gak dibeliin aku nangis loh". Nah karena si ibu masih gak kuat berjalan gara gara habis melahirkan. Si Ibu berusaha mendiemkan si anak dengan segala cara agar si anak tersebut mau diem. Dikasihlah *demi menjaga keamanan, kita sebut aja "itu" dengan sebutan itu* itu ke si anak supaya diem. Nah, baru deh diem. Segitu sayangnya ibu sama kita walaupun ibu kita itu sedang dalam keadaan lemah tapi dia tak henti hentinya berdoa buat anaknya.
Happy Mothers day
Selasa, 21 Desember 2010
My Own Patronus
Kalau ada yang baca Harry Potter (and I’m sure lots of you do), pasti tau Dementor.
Heri dan Dementor
Bagi yang gak tahu, Dementor adalah “makhluk penghisap kebahagiaan” yang membuat korban mereka berpikir tidak akan bisa bahagia lagi. Satu-satunya cara untuk mengusir Dementor, Harry Potter harus mengeluarkan mantra yang bernama Patronus. Nah, untuk mengeluarkan mantra Patronus dengan baik, Harry harus mengingat tentang hal-hal yang ngebuat dia bahagia sambil mengarahkan tongkat sihirnya ke Dementor.
Heri dengan Mantra Patronus vs Dementor
Konsep yang keren banget ya?
To be honest, akhir-akhir ini lagi banyak Dementor di hidup gue; that means lagi banyak pikiran yang menggangu, yang ngebuat gue jadi down, jadi gak seneng, jadi males ngapa-ngapainnya. Dan gue akhirnya berpikir, untuk mengusirnya, gue perlu mengeluarkan mantra Patronus gue sendiri.
Maka, inilah mantra Patronus gue, atau dengan kata lain,
hal-hal bahagia yang gue pikirin untuk mengusir Dementor gue:
1.waktu gue pertama kali disunat *disunat emang sekali kan?*, terus dapet duit saweran. Serasa jadi raja sehari
2.waktu gue inget gue dibeliin sepeda, terus langsung jalan jalan keliling komplek, eh guenya dikejar anjing
3.mendengarkan Ignorance - Paramore
4.di Hari Minggu yang mendung, dirumah sendirian, terus gue nemu duit 300 ribu di atas meja belajar gue dengan selembar kertas bertuliskan "selamat ulangtahun, semoga jadi anak yang bisa banggain orangtua"
5.pertama kali dibeliin PS sama orangtua dari hadiah sunatan
6.mendengarkan mantan gue bilang "i love you so much" pas dulu masih pacaran
7.nulis sambil tidur, dan besoknya pas bangun, ketawa ngebaca tulisan sendiri.
8.waktu dirumah gue gak ada apa apa, mau makan cuma sisa indomie satu doang, Ya jadi 1 keluarga yang isinya 5 orang makan indomie semangkok rame rame.Ngerasa jadi orang susah kayak gimana
9.ngemut momogi rasa coklat sampe lembek dan ga ada rasanya lagi
10.jadian sama mantan gue pas habis nguburin hamster gue yang mati
11.pergi jalan jalan sama temen temen SMP
12.pertama kali bisa naik motor
13.waktu temen gue sendiri bilang ke gue "gak ada lo gak asik ling"
14.makan indomie kornet telor di warung depan rumah jam 12 malem gara gara rumah dikunciin dan gue habis ke warnet
15.waktu gue ngasih boneka bebek ke mantan gue yang gue gaktau sekarang bonekanya masih di dia apa udah diceburin ke kali.
Gue jadi inget, gak selamanya gue bakal ada di dalam posisinya jelek. Gak selamanya bernasib buruk. Kadang, kalau kita sedih, kita berpikir, kita gak akan bisa ngelewatin ini… kita gak bahagia.. dan kita orang paling miserable di dunia ini. Dengan mengingat-ingat yang seneng-seneng lagi, gue jadi sadar, yah mungkin hidup gak selamanya di atas. Gue pernah bahagia, dan beberapa saat lagi I will get my spirit back.
Walaupun gak punya tongkat sihir..my Patronus charm works.
Sekarang gue lagi senyum.
Mantra Patronus kamu apa?